Kehamilan Dengan GERD? Begini Cara Pencegahan Dan Penanganannya!

Hallo moms... Bagaimana kabar kalian? Semoga sehat-sehat selalu ya. Bagi perempuan yang sedang hamil, jaga terus kesehatan dan pikiran agar ibu dan janin dalam kondisi sehat. Nah moms, saya mau membagikan pengalaman selama masa kehamilan perihal gangguan GERD atau masalah lambung lainnya. Baca sampai habis ya moms.


Pengalaman GERD

Awal hamil di minggu ke-8, saya mengalami morning sick yang cukup parah. Semua makanan hampir saya muntahkan setelah makan. Jadwal muntah yang paling tidak nyaman adalah saat pagi dan sore hari. Setiap makan utama pula saya harus pelan-pelan dan menunggu mood bagus untuk mengurangi 'uek uek'. Menjauhi segala macam bau menyengat. Saya tetap paksakan makan sedikit demi sedikit agar mencukupi nutrisi janin. Obat anti mual diresepkan dua kali sehari selama morning sick masih berlanjut. Padahal teman-teman saya yang hamil anjuran dosisnya hanya kalau mual saja.

Pada minggu ke-17 atau masuk trimester ke dua, saya merasakan sakit perut dan mual di malam hari. Aneh, padahal mual muntah sudah berakhir di akhir trimester pertama. Saya minum obat anti mual namun perut tetap terasa mual dan terus muntah, bahkan obat anti mual saya muntahkan. Ulu hati terasa terbakar atau tertusuk-tusuk. Badan mulai keringat dingin. Muntahan saya lama kelamaan hanya cairan saja dan mengeluarkan muntah cairan kuning. Langsung suami saya mengantar ke klinik 24 jam. Dokter tidak berani menangani karena saya hamil dan kondisi saya hanya berbaring sambil gerak ke kanan dan ke kiri sambil memegang perut menahan sakit. Peralatan medis untuk memeriksa kehamilan tidak memadai. Dokter langsung menyarankan ke UGD di RS terdekat. Maklum baru pertama kali kami mengalami sakit seperti ini, pikirannya hanya ke klinik.

Sampai di UGD RS, saya di observasi dengan banyak pertanyaan oleh dokter koas. Jangankan untuk berbicara detail, menahan untuk diam saja saya tidak bisa. Hingga ada kejadian menjengkelkan saya di bentak dokter karena tidak nyambung akan jawaban atas pertanyaan mereka. Soalnya, pas dokter nanya pertanyaan pertama, saya dengerinnya butuh tenaga ekstra buat mencerna. Agak lama saya berusaha menjawab, dokter sudah tanya pertanyaan ke dua. Ya tidak akan nyambung, dok. Saya Hanya bisa pasrah dan tidak menggubris ledekan dokter tersebut karena sibuk menahan nyeri perut. Akhirnya dokter koas tersebut tanya ke suami saya rincian kronologi sakitnya seperti apa sepulang mengurus administrasi. Mengenai rasa sakit tetap tanya ke saya, di bantu tanya suami terkait dari jam berapa muntah, sudah berapa kali muntah, dll. Setelah observasi pertanyaan, petugas kesehatan masih mendiamkan saya saja yang kesakitan guling ke kanan dan kiri, karena dokter kandungan tidak ada yang stand by. Jadi pemberian dosis obat infus dan obat lainnya menunggu jawaban telepon dari dokter kandungan. Bayangkan itu jam 1 pagi, pasti dokternya juga sudah tidur. Nasib deh, menunggu dulu.

Hingga suster memberikan infus dan obat injeksi ke saya setelah saya mendengar seseorang menjelaskan kondisi pasien (kondisi saya) via telepon. Alhamdulillah rasanya langsung reda segala nyeri ulu hati. Saya hanya tidur-tiduran lemas dan memperjelas jawaban atas pertanyaan dokter tadi.  Saat sudah tenang, dokter memeriksa detak jantung janin dengan fetal doppler, bahagia sekali mendengar detak jantung si kecil yang dinyatakan baik-baik saja. Setelah kuat duduk, saya dipersilakan pipis untuk tes urine. Saya rawat inap selama tiga hari.  Hasil lab saya mengalami Hiperemesis Gravidarum tingkat tiga. Astaga, sebegitunya saya kehilangan serta kekurangan cairan dan asupan makanan. Dokter belum menjelaskan detail penyebab penyakit saya. Hanya perkiraan telat makan, salah makan, banyak pikiran, dll. Sepulang dari RS, saya diresepkan beberapa obat yang saya kurang tahu untuk apa. Saya belum mengkritisi penyakit ini karena dipikiran paling hanya sekali itu saja.





Perbedaan Dispepsia Asam Lambung dengan GERD

Masuk trimester ke tiga, di minggu ke-28 dan minggu ke-30 saya mengalami hal yang sama. Tapi langsung ke UGD RS dan disarankan obat injeksi tanpa rawat inap karena memang keadaannya tidak separah di trimester ke dua. Saya mulai banyak bertanya mengenai nyeri ulu hati dan obat-obat yang diberikan. Dari situ saya mulai paham asam lambung karena dispepsia dan GERD. Dispepsia disebabkan oleh berapa faktor terkait gaya hidup dan konsumsi makanan yang memicu asam lambung. Keluhannya rasa perih di ulu hati, merasa mual dan muntah. GERD merupakan naiknya asam lambung  ke kerongkongan dan tenggorokan, yang bisa membuat sensasi terbakar di dada atau heart burn. Gejala lain GERD bisa diiringi dengan batuk, suara serak, dan susah menelan. Setiap menelan makanan seperti ada yang menyangkut di tenggorokan.


Kehamilan bisa menyebabkan asam lambung meningkat karena dipengaruhi hormon. Tapi bukan berarti setelah kehamilan asam lambung normal begitu saja. Tanpa pencegahan dengan meminimalisir penyebab asam lambung, asam lambung bisa meningkat kadarnya kapan saja. Tanpa pengendalian dan pengobatan, asam lambung berlebihan bisa mengikis dinding lambung atau mukosa lambung. Apa yang terjadi jika dinding lambung terkikis? Mengantarkan ke kondisi yang lebih buruk, bisa radang lambung (Gastristis) atau luka lambung (Tukak Lambung). Setelah kehamilan, saya masih belum bertindak cepat mencegahnya. Sayangnya saya sudah sempat ke tahap Gastristis. Jadi, jangan sepelekan asam lambung ya. Segera lakukan pencegahan dan pengobatan agar teratasi lebih cepat.


Perbedaan Morning Sickness dengan GERD

Apa bedanya mual karena morning sickness saat kehamilan dengan GERD? Sepengalaman saya, mual karena hormon kehamilan hanya di jam-jam tertentu saja. Seperti berpola, contohnya di pagi hari atau sore hari. Nyeri asam lambung tidak mengenal waktu, saat lambung di rasa kosong dan asamnya tinggi, saat itu juga nyeri perut bisa dirasakan. Setelah pemberian obat penetralisir asam lambung yang diiringi pola hidup sehat, asam lambung bisa membaik. Kondisi mual karena kehamilan  tidak disertai dengan nyeri ulu hati dan disebabkan oleh hormon kehamilan. GERD memberikan sensasi terbakar atau tertusuk jarum pada ulu hati dan biasanya di picu oleh stress, perut kosong, atau salah makan.


Pencegahan 

Bagaimana cara pencegahan dispepsia asam lambung atau GERD? Menghindari makanan yang memicu asam lambung. Makanan yang dihindari adalah asam, pedas, lemak, berminyak macam gorengan, kafein seperti kopi, teh dan cokelat, alkohol (tentu saja saya tidak) serta soda. Bahkan saya tidak minum teh sebagai minuman favorite, teh mengandung kafein. Saya hanya minum air putih semenjak usia kehamilan 7 bulan karena pernah kumat hanya dengan minum teh manis hangat satu gelas. Saya selalu mencatat apa saja yang di makan. Setiap kumat saya eliminasi makanan mana saja yang menjadi pemicu. Salah satu pemicu gas berlebih di lambung adalah kol, buncis dan nangka.


Pencegahan lainnya yang harus dilakukan adalah atur pola makan. Jangan terlalu lama membiarkan tidak makan, makanlah sedikit tapi sering. Asam lambung naik semacam alaram tubuh karena lambung sedang kosong dan minta di isi. Pengosngan lambung terjadi selama 4-6 jam, disarankan setelah bangun pagi minum air putih hangat dan makan makanan ringan seperti biskuit atau bubur. Jika makan utama sehari tiga kali waktu makan, ubahlah menjadi empat kali makan sehari dengan porsi yang lebih kecil. Jangan makan dalam porsi banyak secara sekaligus. Hindari berbaring setelah makan, minimal 2-3 jam. Posisikan tidur dengan kepala lebih tinggi dari perut. 

Kunyah makan minimal 32 kali, jangan biarkan lambung bekerja lebih berat dengan menghancurkan makanan yang belum halus. Intinya jangan makan terlalu cepat. Apabila sering kumat atau sudah ada luka pada dinding lambung, makanlah makanan lembut. Bisa makan bubur, di blender ataupun lauk rebus-rebusan. Konsisten makan dengan makanan lembut dalam kurun waktu minimal tiga bulan hingga satu tahun, sesuai kondisi dinding lambung sudah sembuh atau belum. Hal tersebut bisa membantu mempercepat penyembuhan luka dinding lambung dengan diiringi obat-obatan.

Jaga stamina kesehatan tubuh. Cukupkan waktu tidur 7-9 jam per hari. Biasakan untuk tidak begadang di malam hari. Ibu hamil rentan kelelahan jika bekerja berat (fisik maupun otak). Jadi, atur kesehatan tubuh ya moms. Jangan paksakan untuk bekerja lebih lelah demi kesehatan, beristirahatlah sejenak baru kembali beraktivitas.

Penyebab utama yang paling memicu di tubuh saya adalah stress. Secara ilmiah, ada teori Gut Brain Axis yang bisa diartikan adanya keterkaitan saluran cerna (Gut) dengan otak (Axis) bisa saling mempengaruhi. Jika pikiran sedang terganggu, dapat mempengaruhi kerja saluran cerna. Sebagai contoh, rasa cemas berlebih bisa menurunkan produksi hormon lambung dalam melindungi dinding lambung dari asam lambung (Menurut Medical Manager Consumer Health Divison PT Kalbe Farma, dr. Helmin Agustina Silalahi).

Sangatlah berpengaruh untuk mengelola stress agar tubuh rileks dan kesehatan tidak terganggu. Carilah jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi saat ini. Banyaklah berdoa dan beribadah agar hati menjadi tenang serta mendapatkan jawaban dari setiap permasalahan. Jika para pembaca beragama Islam, saya sarankan tidak tinggal shalat wajib, dzikir, sholawat, konsisten baca Al-Qur'an dan shalat sunnah. Saya pribadi atas izin Allah, bisa keluar dari masalah yang membuat stress ini setelah satu tahun lebih lamanya. Mencari permasalahan yang bikin stress kurang lebih satu tahun, sudah paham masalahnya saya selesaikan selama 3-4 bulanan. Alhamdulillah. Untuk terapi jangka pendek, bisa di coba dengarkan musik klasik, yoga atau olahraga relaksasi lainnya.  Selain itu jika di landa kecemasan, tarik nafas dalam, tahan 7 detik dan hembuskan perlahan, ulangi beberapa kali hingga perlahan menjadi tenang.



Penanganan

Saat hamil, GERD sangatlah mengganggu. Selain tips pencegahan kenaikan asam lambung yang sudah saya jabarkan di atas, pemberian obat penetralisir asam lambung sangat membantu mengurangi nyeri ulu hati. Selalu minum obat atas resep dokter ya moms. Sepengalaman saya, obat yang sering diberikan adalah golongan antasida, PPI, dan obat anti mual. Beritahukan sedang masa kehamilan atau menyusui, alergi obat dan sedang konsumsi obat atau suplemen apa saja. Jika sedang tidak hamil dan gangguan asam lambung terjadi seminggu dua kali atau lebih, disarankan untuk endoskopi. Fungsi endoskopi sendiri bisa melihat keadaan dinding lambung dan organ pencernaan lain kondisinya masih baik atau sudah separah apa. Setelah itu bisa pengambilan diagnosa dan dosis obat yang tepat untuk penyembuhan.



Baca artikel lainnya terkait GERD moms:
Terimakasih sudah membaca artikel ini. Semoga tulisan saya ini bermanfaat ya moms. Jaga terus kesehatan. See you in my next post.

Komentar

Postingan Populer